Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto menilai, PDIP hanya memanfaatkan petani pada masa propaganda politik menjelang pemilu 2024.
“Petani cuma dielukan di masa propaganda politik,” ungkapnya dikutip dari tajukpolitik.com melalui cuitannya di Twitter, Jumat (13/1).
Diketahui, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri pada beberapa kesempatan menyebut partainya sebagai ‘wong cilik’ atau orang kecil. Kini partai berlambang banteng itu telah menginjak umur 50 tahun.
Sebelum perayaan Hari Ulang Tahun (HUT)-nya yang dihelat pada Selasa (10/1) kemarin, ribuan anggota pasukan Cakra Buana PDIP berbaris rapi di Lapangan Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur pada (8/1).
Mereka mengenakan baret, juga caping, sebuah penutup kepala khas petani di Indonesia.
Kembali ke Gigin, ia mengungkit adanya produk pertanian impor yang merugikan petani. Menurutnya hal serupa akan terjadi jika 2024 usai.
"Setelah itu dihajar dengan banjir produk impor dan kenaikan harga sarana produksi pertanian karena subsidinya dipakai untuk keperluan lain,” ujarnya.
Kebijakan impor beras diyakini bakal merusak psikologis petani lantaran beberapa bulan lagi, setidaknya Februari 2023, akan ada panen raya. Apalagi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) surplus beras pada akhir tahun diperkirakan bakal mencapai sekitar 1,7-1,8 juta ton.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, angka tersebut belum ditambah dengan surplus beras tahun sebelumnya yang mencapai 5,7 juta ton, seperti data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Dwi Andreas juga menyoroti alasan dari kebijakan impor beras yang disebabkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog yang tipis. Pada saat diputuskannya impor, stok CBP Bulog saat itu (per 15 Desember) sebesar 440.000 ton.
Berdasarkan data BPS, Kementerian Pertanian melaporkan produksi padi pada periode Oktober-Desember 2022 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikannya 15,06 persen atau setara 1,34 juta ton gabah kering giling (GKG). Total produksi padi 2022 diproyeksikan meningkat 2,31 persen (1,25 juta ton) dibandingkan 2021 sehingga secara kumulatif mencapai 55,67 juta ton.
Jika dikonversi ke beras, produksi tahun 2022 diperkirakan mencapai 32 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi setahun sebesar 30,2 juta ton sehingga surplus mencapai 1,8 juta ton.
Sumber : TajukPolitik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar