Strategi Merebut Simpati Rakyat dengan Strategi Komunikasi Pemasaran - Ketika masyarakat Indonesia tersita perhatiannya ke perhelatan akbar sepak bola dunia di Brasil yang menghabiskan dana sebesar 11, 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp135 triliun. Bisa jadi sampai akhir pertandingan final pada tanggal 14 Juli 2014, perhatian masyarakat Indonesia lebih fokus pada sepak bola dunia.
Sementara
itu, pesta demokrasi pemilihan Capres-Cawapres yang diperkirakan
menghabiskan anggaran sekitar Rp17 triliun akan berakhir saat
dilaksanakan pencoblosan pada 9 Juli 2014. Oleh karena itu, para
kandidat beserta timses masing-masing kandidat harus dapat menarik dan
mengalihkan perhatian dan simpati masyarakat pemilih untuk tetap
berkonsentrasi pada acara-acara yang sedang dan akan digelar.
Meminjam
istilah yang biasa digunakan dalam penyusunan strategi pemasaran, maka
strategi merebut simpati rakyat, kampanye atau dalam bidang studi
pemasaran dikenal dengan istilah strategi komunikasi pemasaran. Strategi
komunikasi pemasaran pada prinsipnya terdiri dari dua bagian besar,
yaitu pull strategy dan push strategy.
Pull strategy
adalah strategi komunikasi yang dilakukan kepada target pasar (para
calon pemilih) agar mereka tertarik dengan produk/jasa yang dijualnya
melalui sarana komunikasi advertising (Iklan), sales promotion (promosi penjualan), public relation (siaran pers dan publisitas), dan personal selling (penjualan melalui tenaga penjual).
Strategi kampanye yang dilakukan untuk menarik perhatian para calon pemilih dengan pull strategy
bisa menggunakan media berupa iklan atau advertorial di media massa
(media cetak, media elektronik, internet, dan sarana dunia maya
lainnya). Promosi penjualan dapat berupa program-program yang memberikan
kemudahan dan keringanan bagi rakyat, misalnya program pendidikan dan
kesehatan gratis, kemudahan mendapat berbagai macam perijinan,
penyediaan sarana/lokasi kegiatan ekonomi rakyat yang terjangkau, dan
bentuk program lainnya.
Strategi promosi penjualan dalam kampanye
yang sering disalah-gunakan, di antaranya adalah pembagian uang dalam
jumlah tertentu kepada masyarakat calon pemilih. Strategi komunikasi
melalui siaran pers dan publisitas biasanya menggunakan media massa
seperti halnya yang digunakan dalam beriklan. Strategi tenaga penjual
dalam kampanye adalah kegiatan-kegiatan komunikasi dengan menerjunkan
juru kampanye ke wilayah-wilayah potensial.
Push strategy
adalah strategi komunikasi yang dilakukan kepada perantara. Jika dalam
kegiatan perusahaan, perantara yang dimaksud adalah para distributor,
agen, atau pengecer yang nantinya akan menjual langsung kepada calon
pembeli, maka dalam strategi kampanye para perantara ini adalah
kelompok-kelompok organisasi yang memiliki massa. Jika dalam bentuk
partai, maka strategi yang dilakukan dikenal dengan istilah koalisi.
Organisasi non partai, dikenal dengan istilah asosiasi, organisasi
masyarakat (ormas), dan bentuk ikatan atau kelompok lainnya. Strategi
komunikasi kepada para perantara ini menjadi penting, karena jika para
pemimpin partai atau organisasi non partai mendukung atau tertarik
dengan program yang ditawarkan akan membuat para anggota atau
simpatisannya akan turut serta memilih apa yang ditetapkan oleh pemimpin
kelompoknya.
Kedua pasangan capres-cawapres nampaknya sudah
dengan benar dan bahkan lebih komprehensif serta canggih dalam melakukan
kegiatan komunikasinya, karena memang dibantu oleh para pakar
komunikasi yang sudah malang melintang di dunianya. Namun demikian, satu
hal yang tidak boleh dilupakan adalah tentang inti pokok dari
produk/jasa yang dijualnya, yaitu berupa program-program kerja lima
tahun mendatang (minimal selama pemerintahan) yang dapat menarik simpati
para calon pemilihnya, dan tentunya adalah juga siapa yang akan
melaksanakan program-program tersebut.
Rekam jejak pelaksana
program (Capres-Cawapres) menjadi sangat penting, karena merekalah yang
diharapkan memiliki komitmen dan secara konsisten dapat menjalankan
program-programnya, termasuk juga sosok dan kepribadian sang calon
pemimpin menjadi kriteria rakyat dalam memilih.
Walaupun sudah
dibantu para pakar komunikasi, akhir-akhir ini kampanye hitam masih saja
dilancarkan dalam rangka menarik simpati salah satu Capres-Cawapres.
Salah satu dampak dari kampanye hitam di antaranya telah membuat geram
Panglima TNI Jendral Moeldoko sehingga harus memberikan penjelasan
berkaitan dengan netralitas TNI, termasuk merespon masalah-masalah kasus
isu dukungan bintara pembina desa (babinsa) untuk pasangan tertentu.
“Apakah
purnawirawan masih menganut sumpah prajurit? Tergantung masing-masing,
apakah jiwanya masih ada apa nggak. Kalau jiwanya nggak ada, ya
masing-masing, lama-lama bisa jadi LSM,” tuturnya kepada wartawan, yang
dikutip Republika (14/06/14), saat memberikan keterangan kepada wartawan
seusai pertemuan dengan Panglima Komando Utama (Pangkotama) di Markas
Besar TNI, Cilangkap, Jakarta.
Sebelumnya, Pangdam V/Brawijaya,
Mayor Jenderal TNI Eko Wiratmoko, berharap purnawirawan TNI yang terjun
ke politik dan menjadi bagian dari tim pemenangan capres-cawapres untuk
menjalankan politik secara santun, beretika, dan elegan. Sebagai junior
dan generasi penerus di TNI, Mayor Jendral Eko Wiratmoko mengaku
prihatin dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Ia menilai,
sejumlah prunawirawan TNI yang terjun ke dunia politik seperti lupa
daratan hingga kemudian membuka aib TNI, yaitu beredarnya dokumen hasil
sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang memberikan rekomendasi untuk
memberhentikan Prabowo Subianto dari militer.
Apa dan bagaimana
tanggapan capres Prabowo Subianto dengan kampanye-kampanye hitam yang
menyudutkannya? Pada kesempatan berkampanye di hadapan ribuan warga yang
menyemut di Gedung Serbaguna Medan, Prabowo mencegah pendukungnya agar
tidak menghujat dan melakukan kampanye hitam terhadap lawan politik.
“Setelah
melalui proses yang tidak ringan, akhirnya negara kita diberi pilihann
satu pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, pasangan nomor dua dan
selanjutnya saudara Joko Widodo-Jusuf Kalla,” ujarnya. Teriakan huuuuu
menggema saat disebutkan nama Jokowi. Mendengar suara-suara itu, Prabowo
langsung mencegah. “Jangan, jangan, tidak boleh saudara-saudara. Jangan
seperti itu,” ujar mantan Danjen Kopassus itu. Kata-kata Prabowo itu
langsung menghentikan suara cemoohan untuk Jokowi.
Mantan Panglima
Kostrad itu pun kembali mengingatkan. “Saudara-saudara, bangsa yang
beradab, bangsa yang besar selalu menghargai semua pemimpin-pemimpinnya.
Saudara-saudara, kita boleh semangat, kita boleh yakin dengan pendirian
kita. Tapi, jangan kita menjelekkan orang lain,” ujarnya kutip
Republika.
Menurut pendapat saya, apa yang dilakukan oleh Prabowo
dengan tidak menyerang balik apa yang dilakukan oleh lawan politiknya
merupakan strategi komunikasi yang cerdik, elegan, dan jitu, yang
tentunya justru malah akan menarik simpati rakyat yang saat ini belum
memahami karakter capres nomor satu ini.
Pada 15 Juni 2014, minggu
malam mulai pukul 20.00, akan digelar debat capres putaran kedua di
Melia Hotel, Jakarta, dengan mengusung tema “Pembangunan Ekonomi dan
Kesejahteraan Sosial.” Dalam debat itu, para kandidat menyampaikan
program-program yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi negeri tercinta ini, tidak hanya sekedar retorika belaka yang
membuat decak kagum. Program kerja haruslah memenuhi kriteria jelas,
spesifik, kongkret, terukur, dapat dicapai, realistis, dan ada ukuran
waktunya, yang dalam istilah manajemen dikenal dengan SMART (specific,
measurable, attainable, realistic, time table).
Dari
program-program yang disampaikan, rakyat Indonesia akan menilai sendiri
mana yang benar-benar realistis dan sesuai dengan kondisi dan situasi
yang terjadi. Tidak sepantasnya juga para kandidat untuk menyerang satu
sama lainnya.
Penulis menutup tulisan ini dengan mengutip hadis
shahih Muslim yang berkaitan dengan banyaknya hujatan atau fitnah di
antara timses para kandidat capres-cawapres. Saat fitnah kian memanas,
mari mendinginkannya dengan ibadah kepada Allah. Mari mengajak ummat
untuk lebih mengokohkan ibadahnya.
Renungkanlah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam: ”Ibadah di saat huru-hara fitnah, nilainya seperti hijrah menuju aku.”
(Shahih Muslim). Semoga ibadah kali ini yang disertai dengan niat baik
(benar) akan menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala dan
memberikan maslahat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sumber : Priatna Agus Setiawan ( Konsultan Manajemen Organisasi dan SDM ) di inilah.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar