Survei LSI Ini Merupakan Peringatan Serius Bagi Jokowi-JK - Pengamat hukum dan politik Universitas Nusa Cendana Kupang, Nicolaus Pira Bunga mengatakan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) jangan disepelekan tetapi harus menjadi peringatan bagi pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk lebih berwaspada.
Hasil survei LSI Mei 2014 yang mencatat pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa mengungguli Jokowi-Jusuf Kalla di DKI Jakarta dan Banten, harus menjadi daya dorong untuk lebih giat lagi mengatur strategi dalam melakukan sosialisasi dan kampanye," katanya di Kupang, Rabu.
"Di DKI Jakarta, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 35.0 persen, sementara pasangan Jokowi-JK memperoleh dukungan sebesar 30,66 persen," ujar Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI)Rully Akbar dalam pemaparan hasil survei LSI di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, di Provinsi Banten, Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 33,53 persen sementara pasangan Jokowi-JK mendapatkan dukungan sebesar 26,25 persen.
"Untuk memenangi Pilpres yang tinggal 34 hari lagi, tim sukses dan pasangan capres-cawapres harus menguasai aneka wilayah teritori strategis. Dari 33 provinsi, LSI mengidentifikasi tujuh provinsi strategis yang akan menjadi `the real battle field `yakni, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara," ujar dia.
Survei nasional yang diselenggarakan awal Mei 2014. Total responden 2400, dengan margin of error sekitar dua persen. Wawancara dilakukan tatap muka di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling, survei dilengkapi riset kualitatif melalui focus group discussion, in dept-interview dan media analisis.
Menurut Pira Bunga survei tersebut memang bukan akhir dari perjuangan pasangan dan tim pemenangan, tetapi paling tidak harus menjadi "warning" dan pemberi semangat untuk memasang strategi baru dalam menarik simpati dan dukungan hingga pada puncak hari "H" 9 Juli 2014.
"Survei itu juga menunjukkan bahwa sesungguhnya strategi politik dan kinerja tim pemenangan dalam melakukan sosialisasi dan kampanye melalui media lebih dipercayai dan diyakini publik dan sanggahan atau klarifikasi bahkan pula kampanye hitam yang dimainkan pasangan Jokowi-JK dan tim suksesnya tidak termakan di kalangan menengah ke bawah," katanya.
Pasangan yang diusung koalisi PDI-P, PKB, Nasdem dan PKPI itu tidak perlu lagi menguras tenaga dan membuang-buang waktu untuk saling serang melalui kampanye hitam sebab bisa jadi bumerang.
Pira Bunga sependapat dengan Direktur Institute Public Indonesia (IPI), Karyono Wibowo yang menilai kampanye hitam yang dilontarkan oleh kubu kandidat capres-cawapres dalam pemilihan presiden (Pilpres), bisa merugikan pengguna black campaign (kampanye hitam), jika isu yang dihembuskan tidak dipercayai oleh publik.
"Misalnya publik tak percaya kalau yang disampaikan itu bohong, itu bisa berbalik. Boomerang effect," kata Karyono dalam diskusi "Siapa Capres/Cawapres yang paling Potensial Melakukan Kampanye Hitam?", di Posko Kawan Jokowi, Jakarta Selatan, Selasa (3/6).
Namun, kampanye hitam itu bisa berpotensi membunuh lawan, apabila masyarakat mempercayai isu yang dilemparkan oleh rivalnya tersebut.
"Kalau isu yang dibangun dan rakyat percaya itu bisa berpengaruh, misalnya mau milih Jokowi itu bisa bergeser," paparnya.
Kampanye hitam itu sendiri, tambah Karyono, bisa dilakukan berbagai macam, bisa melalui selebaran, pesan pendek, pesan berantai, maupun melalui media massa.
Sehingga menurut Pira Buga tindakan yang perlu dibuat oleh pasangan dan tim pemenang adalah lebih banyak menyosialisasikan pasangan dan visi dan misinya kepada publik sehingga lebih efektif dan bermartabat.(ma)
Sumber : antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar