Prabowo lolos Dari 'jebakan batman' pelanggaran HAM - Dua pasangan capres cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) 'duel' dalam debat pertama yang diselenggarakan KPU tadi malam. Pro dan kontra penampilan kedua kubu hangat diperbincangkan.
Aktivis 98' Pius Lustrilanang ikut berkomentar tentang acara debat kandidat capres dan cawapres tersebut. Dia mengomentari pertanyaan seorang JK tentang masalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang dinilainya merupakan sebuah jebakan.
Menurut Kader Partai Gerindra ini, Prabowo sudah sukses melewati pertanyaan jebakan tersebut. Dia sepakat dengan jawab Prabowo yang lebih memilih menyelamatkan hidup banyak orang ketimbang membiarkan pelaku teror berkeliaran.
"Prabowo lolos "jebakan Batman" isu pelanggaran HAM. Pertama, sebagai prajurit ketika melaksanakan tugas, dia lebih memilih hak hidup (HAM) orang banyak ketimbang menghormati hak hidup pelaku teror," tulis Pius dalam akun Facebook-nya beberapa jam lalu dikutip merdeka.com, Selasa (10/6).
Pius yang menjadi salah satu korban penculikan ini mengatakan, soal pelanggaran HAM di masa lalu, sebagai prajurit Prabowo sudah melaksanakan tugas yang diperintahkan kepadanya dengan baik. Sehingga, kata dia, terserah atasan dalam menilai.
"Mencegah pelanggaran harus lewat pendidikan di semua sektor, termasuk kepada prajurit dan atasan. Jadi jangan sampai ketika prajurit melaksanakan tugas karena perintah atasan ketika menemui masalah lalu dikorbankan oleh atasan. Mantap!!!" tulis dia lagi.
Seperti diketahui, Prabowo selalu dilibatkan dalam aksi penculikan 13 aktivis mahasiswa pada peristiwa 1998 yang lalu. Saat itu Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus di bawah arahan langsung Panglima ABRI Wiranto yang sekarang ketua umum Hanura juga tergabung dalam Tim sukses Jokowi-JK, lawan Prabowo-Hatta di Pilpres 2014.
Dalam debat semalam, JK bertanya ke Prabowo Subianto soal penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Pertanyaan JK ini dijawab Prabowo dengan tegas.
"Bagaimana pemimpin yang baik menjaga hak asasi manusia?" tanya JK kepada Prabowo dalam debat capres-cawapres di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (9/6) malam.
Dengan lantang dan tegas Prabowo menjawab.
"Hak asasi adalah paling mendasar bagi warga negara. Tugas mendasar yang diberikan kepada pemerintah adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia dari segala ancaman dari luar maupun dalam negeri. Sekian puluh tahun saya menjadi abdi negara, petugas membela kemerdekaan dan kedaulatan dan HAM. Mencegah kelompok radikal atau menggunakan kekerasan yang mengancam hidup orang tidak bersalah," jelas Prabowo.
Setelah Prabowo menjawab panjang lebar, namun di tengah-tengah tiba-tiba mengatakan kepada JK. "Saya mengerti arah (pertanyaan) Bapak. Tidak apa-apa. Saya tidak apa-apa. Tetapi saya di sini sebagai mantan prajurit, telah melakukan tugas sebaik-baiknya," kata Prabowo.
"Saya mengerti arah Bapak (JK). Tidak apa-apa. Saya berada di sini sebagai mantan prajurit yang melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Selebihnya, penilaiannya saya serahkan kepada pimpinan," kata Prabowo dengan nada tinggi. Prabowo kemungkinan merasa disinggung JK soal penculikan orang pada 1998.
Aktivis 98' Pius Lustrilanang ikut berkomentar tentang acara debat kandidat capres dan cawapres tersebut. Dia mengomentari pertanyaan seorang JK tentang masalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang dinilainya merupakan sebuah jebakan.
Menurut Kader Partai Gerindra ini, Prabowo sudah sukses melewati pertanyaan jebakan tersebut. Dia sepakat dengan jawab Prabowo yang lebih memilih menyelamatkan hidup banyak orang ketimbang membiarkan pelaku teror berkeliaran.
"Prabowo lolos "jebakan Batman" isu pelanggaran HAM. Pertama, sebagai prajurit ketika melaksanakan tugas, dia lebih memilih hak hidup (HAM) orang banyak ketimbang menghormati hak hidup pelaku teror," tulis Pius dalam akun Facebook-nya beberapa jam lalu dikutip merdeka.com, Selasa (10/6).
Pius yang menjadi salah satu korban penculikan ini mengatakan, soal pelanggaran HAM di masa lalu, sebagai prajurit Prabowo sudah melaksanakan tugas yang diperintahkan kepadanya dengan baik. Sehingga, kata dia, terserah atasan dalam menilai.
"Mencegah pelanggaran harus lewat pendidikan di semua sektor, termasuk kepada prajurit dan atasan. Jadi jangan sampai ketika prajurit melaksanakan tugas karena perintah atasan ketika menemui masalah lalu dikorbankan oleh atasan. Mantap!!!" tulis dia lagi.
Seperti diketahui, Prabowo selalu dilibatkan dalam aksi penculikan 13 aktivis mahasiswa pada peristiwa 1998 yang lalu. Saat itu Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus di bawah arahan langsung Panglima ABRI Wiranto yang sekarang ketua umum Hanura juga tergabung dalam Tim sukses Jokowi-JK, lawan Prabowo-Hatta di Pilpres 2014.
Dalam debat semalam, JK bertanya ke Prabowo Subianto soal penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Pertanyaan JK ini dijawab Prabowo dengan tegas.
"Bagaimana pemimpin yang baik menjaga hak asasi manusia?" tanya JK kepada Prabowo dalam debat capres-cawapres di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (9/6) malam.
Dengan lantang dan tegas Prabowo menjawab.
"Hak asasi adalah paling mendasar bagi warga negara. Tugas mendasar yang diberikan kepada pemerintah adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia dari segala ancaman dari luar maupun dalam negeri. Sekian puluh tahun saya menjadi abdi negara, petugas membela kemerdekaan dan kedaulatan dan HAM. Mencegah kelompok radikal atau menggunakan kekerasan yang mengancam hidup orang tidak bersalah," jelas Prabowo.
Setelah Prabowo menjawab panjang lebar, namun di tengah-tengah tiba-tiba mengatakan kepada JK. "Saya mengerti arah (pertanyaan) Bapak. Tidak apa-apa. Saya tidak apa-apa. Tetapi saya di sini sebagai mantan prajurit, telah melakukan tugas sebaik-baiknya," kata Prabowo.
"Saya mengerti arah Bapak (JK). Tidak apa-apa. Saya berada di sini sebagai mantan prajurit yang melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Selebihnya, penilaiannya saya serahkan kepada pimpinan," kata Prabowo dengan nada tinggi. Prabowo kemungkinan merasa disinggung JK soal penculikan orang pada 1998.
Sumber : Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar