PLASADANA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar kini terus melemah. Meski terjadi sentimen negatif terhadap dolar, rupiah seakan tak terpengaruh dan terus melorot hingga menembus batas psikologis Rp12.000 per dolar. Apa penyebab fenomena unik ini?
Beberapa analisa menyatakan, rupiah kini tak terlalu terpengaruh oleh isu-isu ekonomi. Membaiknya ekonomi Cina yang diharapkan bisa menggenjot neraca perdagangan dan mempersempit defisit rupanya kalah oleh isu politik: pertarungan dua kandidat presiden.
Dalam sebuah kesempatan, Menteri Keuangan Chatib Basri bahkan mengatakan pertarungan tersebut telah memicu keresahan investor. Investor, kata Chatib, khawatir melihat kompetisi politik yang ketat dan cenderung menyebabkan ketidakpastian dalam jangka panjang.
Ketidakpastian ini kemungkinan muncul dari hasil survei yang berbalik. Semula, banyak lembaga survei menjagokan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan rasio keterpilihan yang terpaut jauh dari pesaingnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Namun belakangan selisih antara dua kandidat ini menipis dan Prabowo semakin populer.
Sebuah analisis yang dikutip dari Wall Street Journal menyebutkan, hasil survei pemilihan presiden menjadi penghambat laju rupiah. Beberapa survei yang menyebut semakin tingginya rasio keterpilihan Prabowo-Hatta bakal memicu penarikan dana asing oleh investor sehingga membuat rupiah semakin terpuruk.
Sedangkan laporan Sydney Morning Herald menyebutkan tiga lembaga survei di Indonesia telah mengukur selisih persentase keterpilihan. Hasilnya, Prabowo unggul dan hal ini kemungkinan akan memicu penarikan dana asing. Riset Nomura Securities juga menyatakan meningkatnya ketidakpastian politik memperbesar risiko penarikan modal asing terutama di sektor obligasi.
Dengan tekanan isu politik yang cukup kuat, ditambah kecenderungan konsumsi tinggi di bulan puasa hingga lebaran, rupiah bakal terus terperosok. Jika sudah begini, siap-siap saja untuk menghadapi inflasi berkepanjangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar