Partai Islam - Partai Islam Diantara Ada dan Tiada - Hampir 90 % penduduk Indonesia mengidentifikasi diri sebagai Muslim, dengan jutaan orang tidak hanya mempraktikkan Islam dalam kehidupan pribadi mereka, tetapi juga ikut bergabung dengan organisasi massa Islam dalam beragam bentuknya. Sehingga agenda berbau syariah di lepaskan ke kiri kanan depan belakang pasar pun akan segera laku.
Namun, hanya berlaku jika dan hanya jika tidak dikaitkan dengan politik. Karena ketika masuk konsepnya ke dalam bentuk pemungutan suara, dukungan bagi partai-partai berbasis Islam secara mengherankan malah rendah.
Calon dari partai yang Islami dalam kebijakan atau identitas bahkan tidak bisa melepaskan kadernya untuk menjadi calon presiden, yang setidaknya sebanding atau mendapat dukungan yang marak seperti apa yang diterima Joko 'Jokowi' Widodo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI - P) yang sekuler.
Calon presiden partai Islam sangatlah kurang berkanan di hati publik, dan ini tersirat pada sebagian besar jajak pendapat, yang diikuti oleh calon dari sekuler dari partai-partai seperti Gerindra, Golkar dan Partai Demokrat.
Dalam minggu pertama sebagai calon presiden resmi, Jokowi sempat takzim memberi hormat kepada dua organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
NU, dengan keanggotaan diperkirakan sekitar 40 juta, adalah kelompok tradisionalis yang dikenal adaptif pada keyakinan Jawa sinkretis di mana Jokowi juga ikut melakukannya. Dan Jokowi pun dikabarkan mendekati Muhammadiyah, yang mengklaim sekitar 30 juta anggota di mana mereka adalah kelompok modernis yang menghambat sinkretisme dan mempromosikan interpretasi yang lebih konservatif pada teks-teks Islam .
Di Indonesia, yang disebut partai-partai sekuler adalah partai yang sepenuhnya mematuhi Pancasila, ideologi nasional, yang menempatkan prinsip pertama yakni percaya pada Tuhan. Sehingga sekulerisme di Indonesia pun melakukan apa yang dimaknai sebagai establish church, sebagaimana demokrasi di Barat.
Namun juga dengan demikian dasar ideologi partai-partai sekuler tidak begitu berbeda dengan yang agamis namun pluralis seperti PAN dan PKB. Bahkan PDI-P sendiri memiliki sayap keagamaan yang disebut Baitul Muslimin Indonesia, yang didirikan oleh ketua Megawati Soekarnoputri pada tahun 2007 untuk menarik pemilih Muslim .
Adapun PKS membuat keuntungan massif di tahun 2004 dan pemilu 2009 dengan memanfaatkan citra agama sebagai partai 'bersih dan peduli' , tetapi sejak kasus 'sapi -gate' skandal yang melibatkan mantan ketua partai Luthfi Hasan Ishaaq, dan beberapa yang kejanggalan Tifatul Sembiring dibully ramai ramai di Internet, diragukan PKS akan mampu berbicara banyak pada pemilu kali ini.
Kehilangan klaim superioritas moral dan kurangnya perbedaan ideologis partai-partai sekuler telah membuat sulit pihak partai Islam yang berorientasi untuk bersaing dalam politik Indonesia. Hal lainnya yang absen di jual oleh partai Islam adalah program dari kesejahteraan sosial hingga pariwisata yang bisa dijual nyaman oleh partai-partai sekuler.
Artinya partai-partai berbasis Islam telah kehilangan platform utama mereka untuk meraup dukungan publik. Sementara itu, partai-partai sekuler “bebas” lalu lalang ke pengadilan untuk menyerahkan anggotanya yang korup tidak semudah itu untuk partai Islam. Partai Islam akan mendapat hukuman ganda, karena mereka diminta bermain isu yang lebih moralis dibandingkan dengan partai sekuler.
Apabila ada di antara mereka yang berkilah “kami bukan jamaah malaikat.” Maka orang orang bisa dengan mudah membalas. “Sudah tahu bukan jamaah malaikat, mengapa membawa agama yang seharusnya sempurna?”.
Sumber : fiskal.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar